SUKU BATAK
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan artikel Ilmu Budaya Dasar tentang suku Batak. Dalam artikel ini
penulis menjelaskan secara singkat mengenai sejarah,kehidupan,agama,mata
pencaharian pada suku batak. Artikel ini dibuat melengkapi untuk tugas Ilmu
Budaya Dasar, penulis menyadari dalam artikel ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan, pengetahuan
dan pengalaman yang penulis miliki, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan artikel ini
di waktu yang akan datang. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Sejarah
Suku batak adalah salah satu suku di
Indonesia yang berasal dari Sumatera Utara, sejarah suku batak mempunyai
beberapa versi, ada yang mengatakan bahwasannya suku batak berasal dari
Thailand dan keturunan dari bangsa Proto Malayan, ada juga mengatakan
bahwasannya suku batak dulunya ada sebuah kerajaan yang didirikan oleh seorang
Raja dalam negeri Toba Silalahi pada sebuah kampung yang bernama kampung
Parsoluhan yang berada disekitar Danau Toba, Raja tersebut bernama Alang
Pardosi dan sering disebut dengan Raja kesaktian. Suku batak pun semakin
berkembang pada kerajaan Sultan Maharaja Bongsu pada tahun 1054 hijriyah dengan
adanya kebijakan politik di berbagai wilayah di Sumatera Utara termasuk
sekitaran Danau Toba. Suku batak juga dikategorikan atas beberapa suku yaitu Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan
Batak Mandailing.
Agama
Suku Batak mayoritas beragama Kristen, penyebaran agama Kristen
dilakukan oleh seorang misionaris asal Jerman tahun 1861. Selain agama Kristen
sisanya beragama Islam namun ada pula yang menganut
agama Malim dan juga menganut kepercayaan animisme (disebut Sipelebegu atau
Parbegu), walaupun kini jumlah penganut kedua ajaran ini sudah semakin
berkurang.
Tradisi
Suku Batak
Suku batak mempunyai tradisi yaitu
pada setiap acara pernikahan, kematian , penyambutan orang yang dihormati,
peletakan batu pertama pada sebuah bangunan, masyarakat suku batak harus
mengenakan ulos dan pada acara tersebut pasti diadakan manortor, manortor atau
tari tor-tor adalah seni tari pada batak yang bersifat magis atau selalu ada
pada setiap acara yang diadakan pada suku batak.
Mata
Pencaharian
Pada suku batak mata pencaharian masyarakatnya umumnya adalah bercocok
tanam padi di sawah dan berladang, lahan pada suku batak biasanya pembagiannya
didasarkan oleh marga. Selain bercocok tanam ada juga masyarakat suku batak
yang berternak yaitu dengan berternak kerbau, babi, ayam, kambing, bebek, dan
sapi, namun bagi yang disekitar pesisiran Danau toba banyak yang mata
pencahariannya yaitu dengan penangkapan ikan. Ada juga mata pencahariannya dari
bidang kesenian yaitu dengan menenun kain yang menghasilkan ulos, ukiran kayu
atau anyaman rotan yang menghasilkan gorga yang berkaitan dengan pariwisata
pada suku batak.
Falsafah
dan sistem kemasyarakatan
Suku batak memiliki falsafah dan sistem kemasyarakatan yang biasa
dikatakan sebagai azas atau struktur pada masyarakat suku batak yaitu Dalihan
na Tolu. Dalihan na Tolu tersebut menurut keenam puak Batak adalah sebagai
berikut :
1.
Dalihan
Na Tolu (Toba)
• Somba Marhula-hula • Manat Mardongan Tubu •
Elek Marboru
2.
Dalian
Na Tolu (Mandailing dan Angkola)
•
Hormat Marmora • Manat Markahanggi • Elek Maranak Boru
3.
Tolu
Sahundulan (Simalungun)
• Martondong Ningon Hormat, Sombah • Marsanina
Ningon Pakkei, Manat • Marboru Ningon Elek, Pakkei
4.
Rakut
Sitelu (Karo)
•
Nembah Man Kalimbubu • Mehamat Man Sembuyak • Nami-nami Man Anak Beru
5.
Daliken
Sitelu (Pakpak)
• Sembah Merkula-kula • Manat Merdengan Tubuh
• Elek Marberru
Hulahula/Mora adalah pihak keluarga
dari isteri. Hula-hula ini menempati posisi yang paling dihormati dalam
pergaulan dan adat-istiadat Batak.
Referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar