Tari tor-tor
Kata Pengantar
Puji syukur
penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan artikel Ilmu Budaya Dasar tentang Tari
tor-tor pada suku Batak. Dalam artikel ini penulis menjelaskan secara singkat
mengenai filosofi tari tor-tor, hubungannya dengan suku, jenis tarian dari tari
tor-tor, pakaian yang digunakan saat menari tor-tor dan sifat pakaian dari tari
tor-tor tersebut. Artikel ini dibuat melengkapi untuk tugas Ilmu Budaya Dasar,
penulis menyadari dalam artikel ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Hal
ini disebabkan terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan artikel ini di waktu yang akan
datang. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Atas perhatiannya
saya ucapkan terima kasih.
Filosofi Tari tor-tor
Tari tor-tor adalah salah salah satu
jenis tarian yang berasal dari suku-suku batak yang ada di Sumatera Utara
seperti Mandailing, Toba, Simalungaun, Karo, Pakpak, Simalungun, Angkola. Tari
tor-tor menurut sejarahnya sudah ada sejak abad ke 13 di Sumatera Utara.
Tari tor-tor dulunya digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh.
Roh tersebut dipanggil dan “masuk” ke patung-patung batu (merupakan simbol
leluhur). Patung-patung tersebut tersebut kemudian bergerak seperti menari,
tetapi dengan gerakan yang kaku. Gerakan tersebut berupa gerakan kaki
(jinjit-jinjit) dan gerakan tangan. Sehingga tari tor-tor berasal dari suara entakan kaki penarinya di
atas papan rumah adat Batak. Penari bergerak dengan iringan Gondang.
Tari tor-tor biasanya digelar pada saat
pesta besar yang mana lebih dahulu di bersihkan tempat dan lokasi pesta sebelum
pesta dimulai agar jauh dari mara bahaya dengan menggunakan jeruk purut.
Tor-tor menjadi perangkat budaya dalam setiap kegiatan adat orang batak.Tari
tor-tor pada jaman sekarang untuk orang Batak tidak lagi hanya diasumsikan
dengan dunia roh, tetapi menjadi sebuah seni, karena tor-tor menjadi perangkat
budaya dalam setiap kegiatan adat orang Batak. Tari tor-tor
termasuk sangat sederhana dalam hal gerakan. Para penari tor-tor cukup membuat
gerakan tangan yang cukup terbatas dengan gerakan kaki jinjit-jinjit mengikuti
iringan musik yang disebut sebagai magondangi. Alat musik tradisional yang
mengiringi antara lain alat musik gondang, suling, terompet batak, dan lain
sebagainya.
Jenis
Tarian tor-tor
Jenis tarian tor-tor
terdiri dari beberapa ragam, yaitu :
· *Tor-tor pangurason (tari
pembersihan)
Tari ini biasanya digelar pada saat
pesta besar. Sebelum pesta dimulai, tempat dan lokasi pesta terlebih dahulu
dibersihkan dengan menggunakan jeruk purut agar jauh dari mara bahaya.
· *Tor-tor sipitu cawan (tari tujuh
cawan)
Tari ini biasa digelar pada saat
pengukuhan seorang raja. Tari ini juga berasal dari 7 putri kayangan yang mandi
di sebuah telaga di puncak gunung pusuk buhit bersamaan dengan datangnya piso
sipitu sasarung (Pisau tujuh sarung).
·
*Tor-tor tunggal panaluan
Biasanya digelar apabila suatu desa
dilanda musibah. Tunggal panaluan ditarikan oleh para dukun untuk mendapat
petunjuk solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Sebab tongkat tunggal
panaluan adalah perpaduan kesaktian Debata Natolu yaitu Benua atas, Benua
tengah, dan Benua bawah.
Pakaian
dan Atribut
Pakaian dan atribut tari tor tor
termasuk sangat sederhana. Pria dan wanita yang ingin menarikan tari tor tor
cukup mengenakan baju biasa yang dikenakan saat pesta. Baju ini dilengkapi
dengan aksesoris berupa tenunan khas batak yang bernama Ulos. Ulos yang
digunakan ada dua jenis, yakni ulos yang berupa ikat kepala dan ulos yang
berupa selendang. Motif selendang ulos yang digunakan tergantung dari pesta apa
yang sedang digelar. Dengan properti busana yang sangat sederhana seperti ini
membuat semua orang yang menghadiri suatu pesta dapat menari tor tor
bersama-sama.
Referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar